√Doa Setelah Sholat Dhuha Lengkap-Doa Merupakan senjata utama kaum mislimin, karena dengan berdoa segala macam harpan kita gantungkan kepada yang memliki alam semesta ini dan Dia Allah SWT, dengan bersungguh -sunnguh dan penuh dengan kerendahan serta pengharapan murupakan salah satu adab dalam berdoa. Karena tugas kita hanya berdoa saja perkara dikabulkan atau tidak bukan merupakan prioritas utama sebab semua itu kita kembalikan lagi kepada Allah SWT.
Dan untuk mencapai unsur unsur keutaman dalam bedoa, maka diharapkan kita memenuhi adab dalam berdoa antara lain:
- Berdoalah dalam keadan suci atau memiliki wudhu
- Luruskan Niat [Dengan niat yang baik]
- Awali dengan Bismillah dan pujian kedapa Allah & Rasulluah
- Penuh dengan kerendahan dan pengharapan
- Hilangkan sifat somboong
- Berdoa dengan Menghadap kearah Kiblat
Dengan berdoa pikiran dan perassan kita menjadi tenang, sebab segala macam keluh kesah atau pengharapan sudah kita sampaikan kepada Allah SWT. Dan yang paling utama adala rasa syukur kita kepada Allah jangan sampai hilang. Sebab itu semua merupakan nikmat yang paling tinggi tiada tara , sebab orang yang masih bisa bersyukur merupakan golongan orang yang lebih mudah dalam mengharapkan dan menerima keridhoan kepada Allah SWT.
Baca Juga:
Sebenarnya, tidak ada doa khusus yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah selesai sholat dhuha. Para ulama dalam kitab-kitab fiqih terkemuka sama sekali tidak mencantumkan doa sholat dhuha. Baik dalam Fiqih Sunnah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Fikih Empat Madzhab maupun Fiqih Manhaji mazhab Imam Syafi’i. Sehingga, kita boleh berdoa secara umum dengan doa apapun yang baik.
Ada satu doa sholat dhuha yang sangat populer, yaitu:
(Allohumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Allohumma in kaana rizqii fis samaa-i fa-anzilhu, wa in kaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa in kaana mu’assiron fayassirhu, wa in kaana harooman fathohhirhu, wa in kaana ba’iidan faqorribhu, bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wajamaalika wa quwwatika wa qudrotika, aatinii maa aataita ‘ibaadakash shoolihiin)
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu dan kekuatan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hambaMu yang shalih”
Doa ini bukanlah berasal dari hadits Nabi. Doa ini dicantumkan oleh Asy Syarwani dalam Syarh Al Minhaj dan disebutkan pula oleh Ad Dimyathi dalam I’anatuth Thalibiin.
Sumber: http://www.tarbiyah.net
Inilah do`a yang dipuji oleh Allah Ta`ala, diamalkan oleh orang-orang yang datang kemudian di antara para sahabat radhiyallahu `anhum, yakni sesudah muhajirin dan anshar. Didahului dengan memohon ampunan bagi diri mereka beriring memohonkan hal yang sama bagi saudara-saudara seiman yang lebih awal dalam keimanan, kemudian diikuti permohonan dijauhkan dari ghil. Allah Ta`ala abadikan doa mereka.
“Wahai Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan tumbuh ghil dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr, 59: 10).
Apakah ghil itu? Rasa tidak nyaman, tidak senang dan terganggu melihat keberhasilan, kebahagiaan, kegembiraan atau serupa dengan itu yang dialami saudaranya. Ini bentuknya yang ringan. Jika kita biarkan, ghil ini akan semakin kuat, sehingga perih hati melihat saudaranya seiman memperoleh nikmat. Ia merasakan kedengkian yang sangat kuat sehingga tak nyaman hidupnya, tak tenteram hatinya. Mungkin ia banyak berhibur, tetapi semakin jauh dari kebahagiaan.
Ghil dapat menimpa siapa saja. Seorang `alim pun dapat mengalami. Ia tak nyaman, tak senang, dan bahkan gusar melihat muridnya berhasil. Sibuk ia menunjukkan bahwa dirinya orang yang lebih layak didengar.
Jika tak berhati-hati sehingga tidak bersegera menepisnya, ghil itu dapat berubah menjadi hasad (الحسد). Ini penyakit hati sangat mematikan yang dapat menghalangi manusia dari kebenaran, padahal ia mengetahui kebenaran dengan haqqul yaqin. Bukan sekedar `ilmul yaqin.
Bukankah hasad ini pula yang menyebabkan iblis berubah dari hamba yang sangat taat kepada Allah Ta`ala, kuat bersujud kepada-Nya, menjadi penentang Allah Ta`ala yang paling keras. Apa sebabnya? Hasad yang membakar. Tak rela ia melihat Adam dimuliakan. Ghil membuat kita tak sempat bahagia. Kita bisa menghibur diri dengan beragam cara, tetapi bukan mereguk kebahagiaan. Andaikata kesenangan itu sama dengan kebahagiaan, tentu tak perlu ada artis-artis yang harus berurusan dengan narkoba. Mereka menghibur dan bersenang-senang, tetapi gersangnya hati tidaklah berkurang. Sesudah riuh kesenangan berlalu, di sudut kesendiriannya ia kembali terpaku. Kering. Gersang. Tak ada keteduhan jiwa. Tiada ketenangan hati.
Ghil membuat hati senantiasa gelisah. Galau tiap menjumpai seseorang atau sejumlah orang meraih nikmat, memperoleh kebaikan. Akibatnya yang paling dekat dengan dirinya sendiri adalah, ia semakin terasing dari kebahagiaan, rasa syukur dan ketenangan (muthmainnah), baik hati maupun jiwa. Demikian pula sakinah, semakin menjauh tanpa ada yang mengusik.
Robbanagh-fir lanaa wa li-ikhwaanina-lladziina sabaquunaa bil-iimaan, wa laa taj`al fii quluubinaa ghillan lilladziina aamanuu, robbanaa innaka ro-uufun rohiim.
Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (Al Hasyr [59]: 10).
Dinukil dan diselia dari "Agar Kebahagiaan Tak Menjauh" Mohammad Fauzil Adhim
Syetan selalu berusaha menggoda manusia. Mereka masuk menggoda manusia dari pintu-pint nafsu, ujub, dengki, riya, dan sebagainya. Oleh sebab itu Allah SWT telah mengajarkan manusia melalui Nabi Muhammad SAW bagaimana cara berlindung dan menangkal godaan syetan ini. Dalam Al-Quran Al Kariim, Allah memrintahkan kita untuk selalu berdoa minta perlindungan dari Syetan.
"Rabbi a’uudzu bika min hamazaatisy-syayaathiin. Wa-a’uudzu bika rabbi an yahdhuruun"
QS. Al-Mukminun 97-98
Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung pula kepada Engkau ya Tuhan ku agar mereka tidak mendekatiku.
Jadi saudara seiman, marilah kita senantiasa membaca doa ini kapanpun dan dimanapun, khususnya ketika kita merasa sedang diganggu oleh syetan, ketika kita merasa bimbang dan ketika kita tidak merasa tidak tenang. Karena hanya kepada Allah lah tempat kita berlindung.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, dia berkata, “Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
“ Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu ” (HR. Muslim no. 2739).
Faidah Doa: Yang dimaksud nikmat di sini adalah nikmat Islam, iman, anugerah ihsan (berbuat baik) dan kebajikan. Jadi dalam doa ini kita berlindung dari hilangnya nikmat-nikmat tersebut. Maksud hilangnya nikmat adalah nikmat tersebut hilang dan tanpa ada penggantinya.
Yang dimaksud dengan berubahnya kesehatan (‘afiyah) adalah nikmat sehat tersebut berubah menjadi sakit. Yang dimaksud dengan ‘afiyah (sehat) di sini adalah berpindahnya nikmat ‘afiyah dari pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya. Jadi doa ini kita maksudkan meminta selalu kesehatan (tidak berubah menjadi penyakit) pada pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya.
Yang dimaksud fuja’ah adalah datang tiba-tiba. Sedangkan “niqmah” adalah siksa dan murka. Dalam doa ini berarti kita berlindung kepada Allah dari datangnya adzab, siksa dan murka Allah yang tiba-tiba.
Dalam doa ini, kita juga meminta pada Allah agar terlindung dari murka-Nya yaitu segala hal yang dapat mengantarkan pada murka Allah.
Imam As-Syaukani mengatakan, “Rasulullah SAW berlindung dari hilangnya nikmat Allah. Karena itu hanya akan terjadi bila tidak mensyukuri nikmat dan tidak menjalankan apa yang menjadi hak dan tuntutan nikmat tersebut.
Sumber: https://muslim.or.id dan https://doandzikir.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar